Ketika usia sudah mulai paham yang namanya racun bisa membunuh, keberanian melanggar aturan mulai ada. Namanya racun kalau dimakan pasti mati. Akan tetapi kita terus jajan yang berwarna dan manis-manis itu masih tetap hidup dan terus tumbuh besar. Akhirnya kita tidak percaya lagi dengan kata ‘racun’ yang selalu orang tua ucapkan untuk melarang.
Kenyataannya orang tua hanya memilih kosa kata yang mudah dipahami oleh anak dengan bahasa sederhana tetapi malah jadi rumit. Kenyataan yang paling sederhana adalah jajanan tidak sehat itu mengandung pengawet dan perisa rasa berlebih. Kelebihan zat-zat jahat ini akan mendorong ke arah yang tidak sehat., misalnya diabetes. Saat ini diabetes juga dikenal sebagai penyakit yang menjadi pembunuh dengan persentase tinggi.
Jujurly, saya baru tahu tentang diabetes pada anak tidak melulu disebabkan oleh faktor genetik. Selama ini saya hanya memahami jika diabetes disebabkan oleh faktor genetik dan tumpukan gula pada darah yang tidak bisa diproses lagi. Akan tetapi, itu hanya terjadi pada orang dewasa. Sedikitpun saya tidak menyangka jika itu bisa terjadi bukan pada orang dewasa saja.
Diabetes disebabkan oleh hormon insulin yang berkurang karena terjadinya penumpukan gula darah. Hormon insulin diproduksi di Pankreas. Dalam 10 tahun, kasus diabetes pada anak meningkat sampai 1000 kasus. Penderitanya adalah anak-anak berusia 0-18 tahun.
Diabetes anak terbagi dua tipe. Pertama, diabetes tipe 1 yang menyerang bayi, balita, dan orang dewasa. Penyebabnya karena ada kelainan autoimun (sistem kekebalan tubuh yang merusak pankreas). Pada diabetes tipe ini pankreas tidak menghasilkan hormon insulin. Penderita diabetes tipe ini rentan karena faktor genetik (ada penderita diabetes tipe 1 di dalam keluarga), adanya riwayat infeksi virus, dan pola makan kurang sehat.
Jenis makanan tidak sehat yang dimaksud menjadi pemicu diabetes tipe satu ini seperti permen, es krim, jus buah kemasan, dan buah kering. Benar-benar jajanan yang sangat dekat dengan anak-anak ya, Bun?
Kedua, diabetes tipe dua yang disebabkan oleh resistensi insulin atau kondisi ketika sel-sel tubuh kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah sebagai sumber energi. Kadar gula darahnya meningkat karena tidak berfungsinya penggunaaan insulin. Salah satu penyebabnya karena ada keluarga dengan riwayat diabetes. Anak dengan berat badan lebih atau obesitas bisa menjadi penyebab diabetes juga lho, Bun. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak juga menjadi salah satu penyebab. Kurang gerak atau kurang olah raga juga salah satunya.
Lantas, bagaimana kita tahu jika anak terkena diabetes? Bunda bisa memperhatikan gejala-gejalanya seperti anak sering haus dan sering buang air kecil. Nafsu makan anak meningkat, tapi berat badan justru turun. Anak juga terlihat lelah dan lesu. Penglihatannya menjadi kabur. Muncul luka atau infeksi di tubuh yang sulit sembuh. Warna kulit juga menghitam, tapi bukan terbakar matahari.
Dari gejala yang terlihat, kita bisa langsung membawa anak untuk melakukan pemeriksaan. Kebanyakan dari orang tua memang senang ketika anaknya banyak makan. Meskipun berat badan anak turun, kita akan mencari pembenaran dan beralibi kalau anak sedang aktif-aktifnya. Namun itu saja tidak cukup, perhatikan kalau-kalau ada gejala lain yang timbul. Orang tua harus mulai perhatian. Jangan-jangan ada gejala diabetes pada anak kita.
Kenapa harus bawa ke dokter, Bun? Bisa saja bukan itu kan?
Nah, pertanyaan ini yang terkadang membuat emosi jiwa raga. Bawa ke dokter agar diagnosanya jelas. Dokter jga punya solusi medis untuk menangani gejala. Dokter juga punya nasehat agar orang tua memperhatikan makanan anak-anaknya. Apa yang boleh dan apa yang tidak. Itu sangat penting diperhatikan.
Kalau dibiarkan begitu saja justru lebih mengkhatirkan. Si anak mungkin tidak mengalami gejala diabetes. Maka orang tua aman-aman saja. bagaimana kalau ternyata anak malah memiliki gejala diabetes? Lebih baik mencegah daripada mengobati kan?
Hal-hal sederhana yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah diabetes pada anak cukup sederhana. Terutama bagi keluarga yang tidak memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Hindarkan anak-anak dari jajanan yang tidak sehat seperti permen, es krim, dan makanan dengan pemanis buatan. Edukasi anak agar tidak menyentuh makanan-makanan tersebut.
Bunda bisa mulai membuat cemilan untuk anak agar anak-anak enggan jajan di luar. Kalaupun anak jajan di luar, dia tidak akan memilih makanan yang berwarna terang dengan pemanis yang super banyak itu. Beri informasi kepada anak dengan bahasa sederhana bahwa makanan tersebut tidak sehat dan mengandung zat berbahaya untuk tubuhnya.
Ah, nantinya anaknya nggak ngerti. Gimana, dong?
Well, anak berusia empat tahun sudah bisa dijelaskan dengan bahasa dan istilah, kok. Kalau anak masih tidak paham, sebagai orang tua sudah saatnya melakukan praktik sederhana untuk menunjukkan reaksi tubuh ketika bertemu dengan zat berbahaya. Hal-hal seperti ini juga semakin mudah ditemukan di YouTube, kan?
Yuk, bisa yuk. Kita cegah anak-anak kita untuk jajan sembarangan demi tubuh sehat dan terhindar dari diabetes.
Posting Komentar