Waktu itu saya cuma diam, lantas memilih
menyusun-nyusun buku di rak yang nyaris ambruk. Pertanyaannya terngiang lagi di
kepala saya, memangnya menulis bisa kaya?
Pertanyaan yang membuat galau itu cuma mampir
sebentar. Lantas saya teringat pada seorang travel
blogger yang menginspirasi saya menulis blog saat sekolah dulu. Beberapa
blogger yang saya kenal via MiRC dan Yahoo Messenger pada zaman internet lagi
naik daun di Aceh, serta beberapa orang yang mendedikasikan dirinya sebagai
penulis. Mereka tidak miskin, meski saya tidak yakin mereka cukup kaya.
Satu hal yang pasti, menulis itu akan membuat kita
kaya akan pengetahuan. Mau nggak mau si penulis harus membaca. Penulis juga
kaya akan sudut pandang kehidupan, karena pembaca yang suka berkomentar tentu
akan memberikan sudut pandangnya sendiri. Pokoknya penulis itu kaya, deh.
Termasuk blogger, bisa kaya juga, kok.
Setelah ngobrol-ngobrol di grup materi menjadi
blogger profesional bareng ODOP Blogger Squad (OBS), saya menyimpulkan
setidaknya ada lima tahap menuju blogger pro. By the way, ini kesimpulan yang saya konsepkan dalam pikiran
sendiri berdasarkan pengalaman saya menuju blogger profesional, lho. Jika ada
tambahan, boleh banget drop di kolom komentar.
1.
Menentukan
Niche
Kenapa niche duluan? Sepengamatan saya, menentukan
menulis apa sangat penting untuk menentukan arah blog kita mau dibawa kemana.
Salah satu blogger profesional memiliki niche blog yang jelas, sehingga gampang
menentukan konsep blog yang akan dibangun nantinya.
The Oliversity blog lifestyle yang kecenderungannya di studying and life. Bagian study
juga khusus mmbahas komunikasi dan studi media. Kelak isinya nggak akan
jauh-jauh dari materi tentang komunikasi dan studi media. Kalau mau membaca soal kehidupan
dunia kampus, feel free to click label
life. Di sini sekelumit cerita hidup
dunia kampus akan dibahas.
[Photo: Dokumentasi Pribadi] |
2.
Memilih
Domain
Sebelumnya saya sudah pernah
punya domain bernama ulfakhairina.com. Domain ini sudah lama banget saya impikan,
sejak duduk di bangku kelas tiga Aliyah setelah bertemu dengan seorang travel blogger yang memberi inspirasi
saya untuk ngeblog dan fokus di book
blogger. Sayangnya, saya nggak memperpanjang domain ini lagi karena
harganya terlalu mahal.
Domain ini saya beli melalui
teman saya. Tidak tahu dia beli di provider
mana, tapi saya merasa terlalu mahal. Tekad saya yang waktu itu ingin
membuat blog saya terlihat profesional dengan segala konten dunia kuliah,
jalan-jalan, dan buku akhirnya memberi keberanian untuk menjual koleksi tas
kesayangan untuk membeli domain.
Tahun kedua, saya memperpanjang
dari honor menulis artikel untuk media internal. Tahun ketiga, saya
memperpanjang dari pemasukan menulis surat lamaran CPNS (hahaha). Domain ini
bertahan selama lima tahun. Setelah kesibukan saya di kampus meningkat, blog
ini akhirnya berdebu dan sedikit terbengkalai. Pemasukannya juga vakum, jadi
saya memilih berhenti dan mencari provider yang bisa ngasih harga murah. Dua
juta terlalu berat buat saya. Meskipun merelakan setelah lima tahun bersama
juga berat.
Domain kedua saya beli pada tahun
2021, seminggu setelah lahiran karena bosan. Awalnya cuma sekedar ingin pindah rumah.
Memulai dari awal, tanpa tujuan yang pasti. Mau dibawa kemana blognya masih abu-abu. Sampai akhirnya
menemukan semangat setahun belakangan.
Karena saya serius dengan Oliverial, tapi masih ingin belajar pofesional
juga, akhirnya saya membeli domain ketiga bulan lalu. Ukhairina yang khusus
diperuntukkan untuk urusan akademik dan serius ngeblog bareng ODOP Blogger Squad (OBS).
Pemilihan domain juga nggak asal tunjuk, kok. Semuanya punya filosofinya
sendiri. Jika ulfakhairina.com diperuntukkan untuk personal branding saya pada awalnya, oliverial.com untuk mewakili
dan menjadi wadah di dunia perbukuan. Rasanya akan lebih professional saja
membuka ruang untuk berbagi kisah di dunia literasi melalui Oliverial yang juga
punya akun instagramnya.
Berbeda dengan ukhairina.com yang memang punya cerita sendiri. Awalnya saya
ingin tetap memakai ulfakhairina dengan ekstensi yang berbeda. Ganti co atau
id, tapi rasanya kok berbeda, ya. Vibe yang
saya dapatkan berbeda sekali dengan penggunaan .com, akhirnya saya memilih nama
yang sering tersingkat di dunia akademik dan tetap pakai .com. By the way, pakai .co ternyata mehong
banget.
3.
Membeli
Domain
Saya memang tidak pakai yang gratisan lagi. Saya membeli domain di Rumah
Web, sebuah provider yang disarankan oleh teman sesama jurnalis saat berbincang
soal membeli domain. Ihan Nurdin namanya, mungkin juga familiar bagi sebagian
blogger.
Kak Ihan berbagi pengalaman soal membeli domain di Rumah Web. Selain harganya
terjangkau, penjelasan untuk pemasangan dan lain-lain juga lumayan. Akhirnya saya
memulai komunikasi dengan admin Rumah Web. Nggak begitu fast respon, tapi cukup membuat saya puas dan merasa dapat
informasi yang saya butuhkan.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung membuat akun di Rumah Web dan
membeli domain di sini. Prosesnya semua melalui website dan di akun yang sudah
kita buat. Untuk pembayaran, saya memilih pembayaran melalui Indomaret. Saya merasa
lebih aman dan jelas saja melalui Indomaret.
Pembelian domain kedua di Rumah Web saya bayar melalui transfer bank. Memang
harganya sedikit lebih mahal, sih. Namun dibandingkan dengan pengalaman membeli
domain pertama, saya merasa pengalaman membeli di Rumah Web lumayan murah,
cepat, dan mudah.
Untuk transfer data dari akun lama ke domain baru juga mudah. Saya cuma
mengikuti proses tertulis (bukan video YouTube) dari halaman yang dibagikan
oleh Rumah Web. Itu saja yang saya ikuti dan utak atik sampai jadi. Akhirnya,
taraaa!! Jadilah ia blog yang sesuai dengan keinginan saya sampai meski belum
sempurna seperti yang kalian baca ini.
4.
Menata
Blog Impian
Kata teman-teman blogger, setelah punya domain dan punya tulisan kita
punya tugas untuk menata blog seperti yang kita inginkan dan nyaman juga buat
yang berkunjung. Saya setuju banget.
Sama seperti belajar, menata blog juga butuh belajar. [Photo: Pexels] |
Setelah mengikuti materi kedua dengan ODOP Blogger Squad beberapa hari
lalu, saya merasakan kelelahan yang menyenangkan. Sebelumnya, saya sampai
bergadang lebih tiga hari karena menata blog impian agar sesuai dengan keinginan
saya. Padahal posisinya saya baru lahiran dan operasi secar. Seniat itu, sih
(hahaha, abaikan!).
Menata blog impian ini memang nggak bisa sim salabim abakadra langsung jadi.
Butuh proses dan kesabaran untuk mengutak atik. Terkadang tergoda juga untuk mengganti
template yang sesuai dengan keinginan, tapi kapan? Ya, kapan ada waktu. Terpenting
sabar dan terus belajar.
5.
Writing
and Sharing
Namanya juga
blog, kalau tidak ada tulisan namanya apa, ya? Tentu setelah punya domain,
menjadi blogger professional juga wajib memperhatikan kontennya. Namanya blog,
otomatis salah satu kontennya adalah tulisan. Menulis untuk mengisi menu-menu
yang akan disajikan untuk para tamu yang dating dan melakukan blog walking.
Tulisan kita
bisa menjadi apa saja. Dia nggak akan menjangkau semua pembaca karena pencarian
pembaca juga berbeda. Akan tetapi, setiap tulisan akan menemukan pembacanya
sendiri. Saya yakin itu. Untuk mendapatkan pembacanya, salah satu cara yang
dilakukan oleh seorang blogger adalah dengan berani membagikannya. Setelah writing, then you must share it.
Membagikan tulisan
ke media sosial salah satu bentuk profesionalisme yang kita bangun sebagai
blogger. Berani menunjukkan identitas dan warna baru dalam berkarya. Percaya nggak,
sih? Satu artikel yang memikat pembaca, bisa mengikat blog kita di dalam
pikirannya.
Nggak habis pikir domain .com harganya bisa dua juta, Kak. Aku juga punya pengalaman buruk dengan provider. Jadi, sebelum membeli harus dipastikan dulu kredibilitasnya.
BalasHapusBenar, Kak. Katanya sekalian desain. Padahal cuma template doang mah.
HapusWell noted banget.. Suatu saat kalau beli domain lagi, bisa jadi pertimbangan aku, Kak...
BalasHapusVita mamanesia.com
Benar, Kak. Mana tahu mau nambah domain kan ya
Hapus