Apakah kalian salah satu orang yang sulit untuk menulis berita, Teman Belajar? Kalau jawabanmu “ya,” maka berada di halaman ini adalah pilihan yang tepat. Meskipun begitu banyak buku jurnalistik yang ditujukan untuk pemula, tetap saja kita membutuhkan jalan yang mudah dan formula yang tepat.
Langkah menulis berita untuk pemula ini saya
praktikkan untuk mahasiswa di kelas jurnalistik yang belajar mata kuliah Jurnalisme di instansi saya
mengajar. Selama lima tahun mengajar, berbagai cara sudah saya terapkan. Namun
tidak semua mampu mempraktikkannya dengan tepat dan cepat.
![]() |
Menulis berita berbeda dengan menulis cerita [Photo: Pexels] |
Tentu sebuah pertanyaan melintas di kepala, “kenapa
tidak berhasil? Apakah mahasiswanya malas dan bodoh?”
Tidak. Setiap orang punya minatnya sendiri. Kalau
minatnya bukan menulis berita, metode apapun yang digunakan tetap tidak mempan
untuk diterapkan. Untungnya, delapan langkah yang saya coba kepada mahasiswa
kali ini berhasil membuat saya tersenyum. Mereka bisa menulis berita sesuai dengan arti sebenarnya. Bukan menulis cerita.
Bagaimana cara mudah menulis berita untuk pemula? Yuk,
simak delapan langkah menulis berita untuk pemula berikut.
1. Tentukan Tema dan Topik
Ingat! Tema itu bukan judul. Bukan
juga topik. Ketiganya bersaudara, tapi beda karakter.
Tema adalah gagasan pokok atau ide
pikiran tentang sesuatu dalam membuat sesuatu. Satu tema bisa melahirkan
puluhan topik dilihat dari berbagai sudut pandang. Ada yang menyebutnya
sub-tema alias anak atau turunan dari tema tersebut. Sebut saja kita harus
menulis karya jurnalistik dengan tema lingkungan sehat untuk hidup yang
berkelanjutan. Itu tema.
Topik adalah inti utama dari seluruh
isi tulisan yang akan disampaikan kepada
pembaca. Topik ini diturunkan dari tema yang bisa dilihat dari sudut
pandang apa saja. Kalau temanya tentang jurnalisme lingkungan untuk hidup
berkelanjutan, maka topiknya bisa dipecah menjadi beberapa bidang. Topik lebih
fokus dan dapat disimpulkan dari isi tulisan.
Topik bisa saja dipilih dari bidang
fashion, pendidikan, ekonomi, bisnis, budaya, dan lain-lain. Misalnya dampak
buruk fast fashion bagi lingkungan
sehat, edukasi pengolahan sampah organik untuk pendidikan usia dini,
pemanfaatan botol bekas untuk media tanam murah meriah, dan sebagainya.
Dalam memilih topik, kita harus
sinkronkan dengan tema. Tinggal cek minat kita suka yang mana, kok. Sisanya
biarkan outline yang bekerja.
Berbeda dengan tema dan topik, judul dalam
sebuah karya jurnalistik atau berita memiliki keunikan sendiri. Ia bukan tema
atau topik, tapi tema atau topik bisa menjadi sebuah judul. Sebutlah judul
beritanya adalah Edukasi Pengolahan
Sampah Organik Untuk Pendidikan Usia Dini. Jika ia sebuah topik atau tema,
kita bisa mengembangkannya lagi menjadi beberapa sub-topik. Namun jika kita
memilihnya sebagai judul, ia hanya menghasilkan satu karya jurnalistik dari
judul tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), judul adalah nama yang digunakan untuk buku atau bab dalam buku yang
menyiratkan secara ringkas isi atau maksud buku ata bab itu. Judul ini seperti
nama yang mendeskripsikan seluruh isi dari tulisan.
2. Kembangkan Menjadi Outline
Kesulitan membuat kerangka tulisan
atau outline, Teman Belajar? Ingat
unsur-unsur yang wajib ada dalam sebuah struktur penulisan berita. Teknik
penulisan berita piramida terbalik bisa menjadi acuan kita untuk mengembangkan outline.
Mulai dari menulis what (apa), when (kapan) dan where (dimana) yang biasanya selalu terletak di paragraf pertama straight news. Isi dengan pertanyaan
dari apa yang kita ingin ketahui dari narasumber. Lalu kembangkan ke unsur
berikutnya seperti who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana).
Menulis outline bagian penting sebelum menulis berita.
[Photo: Pexels]
Dari unsur-unsur di atas juga bisa dikembangkan
lagi lebih luas. Jika satu tema memiliki beberapa topik dengan narasumber yang
sama, bisa dipilah dengan outline untuk
berita yang berbeda.
Kerangka tulisan atau outline adalah pedoman yang membantu
penulis untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan membuat tulisan. Jadi, apa
yang ingin ditulis dalam tulisan sudah direncanakan dan diatur dahulu sebelum
ditulis. Gampang, kan?
3. Buat Daftar Pertanyaan Wawancara
Setelah punya outline, kita bisa membuat daftar pertanyaan wawancara untuk
ditanyakan kepada narasumber. Pertanyaan untuk narasumber bisa dikembangkan
dari setiap unsur pertanyaan dari outline.
Mulai dengan menyusun pertanyaan untuk unsur what (apa).
Misalnya di outline tertulis: Apa saja
program edukasi pengolahan sampah organik untuk anak usia dini?. Lalu
kembangkan tiga sampai lima pertanyaan terkait untuk dari outline untuk pertanyaan wawancara. Contohnya:
·
Apa yang mendorong sekolah membuat program
untuk anak usia dini?
·
Mengapa program itu dianggap cocok untuk
anak usia dini?
·
Siapa saja edukator yang dipilih untuk
mengedukasi anak usia dini?
·
Bagaimana metode penerapannya untuk anak
usia dini?
·
Apa hal besar yang diharap dari anak usia
dini?
Lakukan hal yang sama untuk outline lainnya. Pastikan semua yang
ingin kita tanyakan ada dalam daftar pertanyaan wawancara. Semakin banyak
semakin baik, informasi yang akan didapat oleh pewawancara akan lebih luas.
Usahakan membuat pertanyaan yang
terbuka, yaitu salah satu cara mengumpulkan informasi yang cukup efektif
terhadap masalah atau kendala yang dibahas. Pertanyaan terbuka akan memberikan
peluang sudut pandang yang beragam dan bisa dikembangkan menjadi berita yang
berbeda. Pertanyaan terbuka tidak akan menghasilkan jawaban ya atau tidak.
4. Tentukan Narasumber
Pilih narasumber yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Pemilihan narasumber bukan sembarangan comot karena
unsur pertemanan atau popularitas. Narasumber berfungsi untuk memberi informasi
fakta kepada orang yang mewawancara. Narasumber sudah seharusnya mampu
memberikan jawaban yang aakurat tanpa paksaan.
Tentunya narasumber sudah sepatutnya
memiliki wawasan yang luas dan cukup dalam memberikan informasi atau data yang
dibutuhkan. Apakah boleh kita memilih narasumber dari sirkel pertemanan? Akan
lebih mudah jika di sirkel pertemanan memang memiliki kapasitas yang sesuai
untuk narasumber berita yang akan ditulis.
Dalam penulisan berita tidak boleh
hanya satu narasumber. Ada satu kutipan yang paling penting untuk diingat dan
menjadi pegangan setiap akan menulis berita. Satu narasumber bukanlah narasumber.
Narasumber minimal tiga orang dengan kepentingan yang berbeda, tapi masih
memiliki keterkaitan dan kemampuan di bidang yang ditulis.
Misalnya untuk topik di atas,
sederhananya narasumber yang dipilih bisa dari kalangan orang tua anak usia
dini, guru, dan edukatornya. Tiga narasumber untuk menanyakan mendapatkan
klarifikasi yang berbeda tentang informasi yang akan ditulis dalam bentuk karya
jurnalistik seperti berita.
5. Lakukan Wawancara
Saatnya melakukan wawancara, Teman
Belajar. Apa itu wawancara? Wawancara adalah temu jawab secara lisan untuk
mendapakan informasi. Wawancara akan lebih efektif jika dilakukan dengan bertemu
langsung, meskipun dibenarkan juga melakukan wawancara melalui telepon atau
menggunakan media video call seperti
zoom, meet, skype, dan lain-lain.
Hal utama yang perlu dipersiapkan
adalah percaya diri. Tanpa percaya diri, semua langkah satu sampai empat akan
sia-sia. Jika pewawancara datang dan bertemu narasumber dengan persiapan yang
matang, kepercayaan diri akan muncul dengan sendirinya.
![]() |
Melakukan wawancara sebagai bagian dari pengumpulan informasi. [Photo: Pexels] |
Perhatikan juga penampilan sebelum
melakukan wawancara. Rapi dan wangi salah satu kunci untuk bertemu narasumber.
Jika pewawancaranya rapi dan wangi, narasumber juga akan betah berlama-lama
ngobrol dengan pewawancara, kan?
6. Pilah Hasil Wawancara
Setelah melakukan wawancara dan
mendengar hasil wawancara, rasanya sayang kalau tidak dipakai semuanya. Apalagi
kalau narasumbernya susah didapat. Rasanya semua hasil akan ditulis dalam satu
berita.
Jangan ya, Teman Belajar. Pilah dan
pilih yang benar-benar sesuai dengan topik. Bagian lain yang tidak terpakai
masih bisa dipakai dengan sudut pandang yang berbeda, kok. Tidak akan rugi.
7. Tulis dan Sunting
Selesai pilah pilih, mulailah
menulis. Agar tidak terjadi writing block
alias mandeg saat menulis, buka kembali outline
yang sudah disusun sebelumnya. Jadikan outline
sebagai panduan agar menulisnya juga nggak ke sana kemari.
Satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh
penulis. Jangan menyunting sambil menulis. Walaupun yang disunting sekedar
kesalahan ketikan. Tulis saja dulu sampai tuntas, sunting kemudian saat selesai
semuanya. Menulis sambil menyunting bisa berdampak tulisan malah tidak selesai.
8. Publikasi
Sudah selesai? Saatnya mengirimkan ke media yang dituju atau mempublikasikan di platform yang kita gunakan. Sebelum mempublikasikan berita yang kita tulis, cek kembali tulisannya. Siapa tahu ada kesalahan pengetikan, salah nama narasumber, atau ketinggalan kata. Meski sepele, kesalahan kecil seperti ini bisa berdampak besar, lho.
Nah, mudah sekali bukan? Sulit dalam memulai sudah pasti, tapi kalau tidak pernah dimulai pasti akan semakin sulit. Kunci untuk menulis itu adalah memulai. Semakin lama kita memulai, semakin lambat kita belajar. Yuk, kita belajar pelan-pelan dan terus biasakan diri untuk konsisten menulis, Teman Belajar.
Posting Komentar