Blogger Perempuan
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter

Mudah! Ini 8 Langkah Menulis Berita Untuk Pemula

Kunci untuk menulis itu adalah memulai. Semakin lama kita memulai, semakin lambat kita belajar.

 Apakah kalian salah satu orang yang sulit untuk menulis berita, Teman Belajar? Kalau jawabanmu “ya,” maka berada di halaman ini adalah pilihan yang tepat. Meskipun begitu banyak buku jurnalistik yang ditujukan untuk pemula, tetap saja kita membutuhkan jalan yang mudah dan formula yang tepat.

Langkah menulis berita untuk pemula ini saya praktikkan untuk mahasiswa di kelas jurnalistik yang belajar mata kuliah Jurnalisme di instansi saya mengajar. Selama lima tahun mengajar, berbagai cara sudah saya terapkan. Namun tidak semua mampu mempraktikkannya dengan tepat dan cepat.

Langkah mudah menulis berita
Menulis berita berbeda dengan menulis cerita
[Photo: Pexels]


Tentu sebuah pertanyaan melintas di kepala, “kenapa tidak berhasil? Apakah mahasiswanya malas dan bodoh?”

Tidak. Setiap orang punya minatnya sendiri. Kalau minatnya bukan menulis berita, metode apapun yang digunakan tetap tidak mempan untuk diterapkan. Untungnya, delapan langkah yang saya coba kepada mahasiswa kali ini berhasil membuat saya tersenyum. Mereka bisa menulis berita sesuai dengan arti sebenarnya. Bukan menulis cerita.

Bagaimana cara mudah menulis berita untuk pemula? Yuk, simak delapan langkah menulis berita untuk pemula berikut.

1.    Tentukan Tema dan Topik

Ingat! Tema itu bukan judul. Bukan juga topik. Ketiganya bersaudara, tapi beda karakter.

Tema adalah gagasan pokok atau ide pikiran tentang sesuatu dalam membuat sesuatu. Satu tema bisa melahirkan puluhan topik dilihat dari berbagai sudut pandang. Ada yang menyebutnya sub-tema alias anak atau turunan dari tema tersebut. Sebut saja kita harus menulis karya jurnalistik dengan tema lingkungan sehat untuk hidup yang berkelanjutan. Itu tema.

Topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang akan disampaikan kepada  pembaca. Topik ini diturunkan dari tema yang bisa dilihat dari sudut pandang apa saja. Kalau temanya tentang jurnalisme lingkungan untuk hidup berkelanjutan, maka topiknya bisa dipecah menjadi beberapa bidang. Topik lebih fokus dan dapat disimpulkan dari isi tulisan.

Topik bisa saja dipilih dari bidang fashion, pendidikan, ekonomi, bisnis, budaya, dan lain-lain. Misalnya dampak buruk fast fashion bagi lingkungan sehat, edukasi pengolahan sampah organik untuk pendidikan usia dini, pemanfaatan botol bekas untuk media tanam murah meriah, dan sebagainya.

Dalam memilih topik, kita harus sinkronkan dengan tema. Tinggal cek minat kita suka yang mana, kok. Sisanya biarkan outline yang bekerja.

Berbeda dengan tema dan topik, judul dalam sebuah karya jurnalistik atau berita memiliki keunikan sendiri. Ia bukan tema atau topik, tapi tema atau topik bisa menjadi sebuah judul. Sebutlah judul beritanya adalah Edukasi Pengolahan Sampah Organik Untuk Pendidikan Usia Dini. Jika ia sebuah topik atau tema, kita bisa mengembangkannya lagi menjadi beberapa sub-topik. Namun jika kita memilihnya sebagai judul, ia hanya menghasilkan satu karya jurnalistik dari judul tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), judul adalah nama yang digunakan untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara ringkas isi atau maksud buku ata bab itu. Judul ini seperti nama yang mendeskripsikan seluruh isi dari tulisan.

2.    Kembangkan Menjadi Outline

Kesulitan membuat kerangka tulisan atau outline, Teman Belajar? Ingat unsur-unsur yang wajib ada dalam sebuah struktur penulisan berita. Teknik penulisan berita piramida terbalik bisa menjadi acuan kita untuk mengembangkan outline.

Mulai dari menulis what (apa), when (kapan) dan where (dimana) yang biasanya selalu terletak di paragraf pertama straight news. Isi dengan pertanyaan dari apa yang kita ingin ketahui dari narasumber. Lalu kembangkan ke unsur berikutnya seperti who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana).

Menulis outline berita
Menulis outline bagian penting sebelum menulis berita.
[Photo: Pexels]


Dari unsur-unsur di atas juga bisa dikembangkan lagi lebih luas. Jika satu tema memiliki beberapa topik dengan narasumber yang sama, bisa dipilah dengan outline untuk berita yang berbeda.

Kerangka tulisan atau outline adalah pedoman yang membantu penulis untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan membuat tulisan. Jadi, apa yang ingin ditulis dalam tulisan sudah direncanakan dan diatur dahulu sebelum ditulis. Gampang, kan?  

3.    Buat Daftar Pertanyaan Wawancara

Setelah punya outline, kita bisa membuat daftar pertanyaan wawancara untuk ditanyakan kepada narasumber. Pertanyaan untuk narasumber bisa dikembangkan dari setiap unsur pertanyaan dari outline. Mulai dengan menyusun pertanyaan untuk unsur what (apa).

Misalnya di outline tertulis: Apa saja program edukasi pengolahan sampah organik untuk anak usia dini?. Lalu kembangkan tiga sampai lima pertanyaan terkait untuk dari outline untuk pertanyaan wawancara. Contohnya:

·         Apa yang mendorong sekolah membuat program untuk anak usia dini?

·         Mengapa program itu dianggap cocok untuk anak usia dini?

·         Siapa saja edukator yang dipilih untuk mengedukasi anak usia dini?

·         Bagaimana metode penerapannya untuk anak usia dini?

·         Apa hal besar yang diharap dari anak usia dini?

Lakukan hal yang sama untuk outline lainnya. Pastikan semua yang ingin kita tanyakan ada dalam daftar pertanyaan wawancara. Semakin banyak semakin baik, informasi yang akan didapat oleh pewawancara akan lebih luas.

Usahakan membuat pertanyaan yang terbuka, yaitu salah satu cara mengumpulkan informasi yang cukup efektif terhadap masalah atau kendala yang dibahas. Pertanyaan terbuka akan memberikan peluang sudut pandang yang beragam dan bisa dikembangkan menjadi berita yang berbeda. Pertanyaan terbuka tidak akan menghasilkan jawaban ya atau tidak.

4.    Tentukan Narasumber

Pilih narasumber yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pemilihan narasumber bukan sembarangan comot karena unsur pertemanan atau popularitas. Narasumber berfungsi untuk memberi informasi fakta kepada orang yang mewawancara. Narasumber sudah seharusnya mampu memberikan jawaban yang aakurat tanpa paksaan.

Tentunya narasumber sudah sepatutnya memiliki wawasan yang luas dan cukup dalam memberikan informasi atau data yang dibutuhkan. Apakah boleh kita memilih narasumber dari sirkel pertemanan? Akan lebih mudah jika di sirkel pertemanan memang memiliki kapasitas yang sesuai untuk narasumber berita yang akan ditulis.

Dalam penulisan berita tidak boleh hanya satu narasumber. Ada satu kutipan yang paling penting untuk diingat dan menjadi pegangan setiap akan menulis berita. Satu narasumber bukanlah narasumber. Narasumber minimal tiga orang dengan kepentingan yang berbeda, tapi masih memiliki keterkaitan dan kemampuan di bidang yang ditulis.

Misalnya untuk topik di atas, sederhananya narasumber yang dipilih bisa dari kalangan orang tua anak usia dini, guru, dan edukatornya. Tiga narasumber untuk menanyakan mendapatkan klarifikasi yang berbeda tentang informasi yang akan ditulis dalam bentuk karya jurnalistik seperti berita.

5.    Lakukan Wawancara

Saatnya melakukan wawancara, Teman Belajar. Apa itu wawancara? Wawancara adalah temu jawab secara lisan untuk mendapakan informasi. Wawancara akan lebih efektif jika dilakukan dengan bertemu langsung, meskipun dibenarkan juga melakukan wawancara melalui telepon atau menggunakan media video call seperti zoom, meet, skype, dan lain-lain.

Hal utama yang perlu dipersiapkan adalah percaya diri. Tanpa percaya diri, semua langkah satu sampai empat akan sia-sia. Jika pewawancara datang dan bertemu narasumber dengan persiapan yang matang, kepercayaan diri akan muncul dengan sendirinya.

Melakukan wawancara
Melakukan wawancara sebagai bagian dari pengumpulan informasi.
[Photo: Pexels]

Perhatikan juga penampilan sebelum melakukan wawancara. Rapi dan wangi salah satu kunci untuk bertemu narasumber. Jika pewawancaranya rapi dan wangi, narasumber juga akan betah berlama-lama ngobrol dengan pewawancara, kan?

6.    Pilah Hasil Wawancara

Setelah melakukan wawancara dan mendengar hasil wawancara, rasanya sayang kalau tidak dipakai semuanya. Apalagi kalau narasumbernya susah didapat. Rasanya semua hasil akan ditulis dalam satu berita.

Jangan ya, Teman Belajar. Pilah dan pilih yang benar-benar sesuai dengan topik. Bagian lain yang tidak terpakai masih bisa dipakai dengan sudut pandang yang berbeda, kok. Tidak akan rugi.

7.    Tulis dan Sunting

Selesai pilah pilih, mulailah menulis. Agar tidak terjadi writing block alias mandeg saat menulis, buka kembali outline yang sudah disusun sebelumnya. Jadikan outline sebagai panduan agar menulisnya juga nggak ke sana kemari.

Satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh penulis. Jangan menyunting sambil menulis. Walaupun yang disunting sekedar kesalahan ketikan. Tulis saja dulu sampai tuntas, sunting kemudian saat selesai semuanya. Menulis sambil menyunting bisa berdampak tulisan malah tidak selesai.

8.    Publikasi

Sudah selesai? Saatnya mengirimkan ke media yang dituju atau mempublikasikan di platform yang kita gunakan. Sebelum mempublikasikan berita yang kita tulis, cek kembali tulisannya. Siapa tahu ada kesalahan pengetikan, salah nama narasumber, atau ketinggalan kata. Meski sepele, kesalahan kecil seperti ini bisa berdampak besar, lho.

Nah, mudah sekali bukan? Sulit dalam memulai sudah pasti, tapi kalau tidak pernah dimulai pasti akan semakin sulit. Kunci untuk menulis itu adalah memulai. Semakin lama kita memulai, semakin lambat kita belajar. Yuk, kita belajar pelan-pelan dan terus biasakan diri untuk konsisten menulis, Teman Belajar.

Posting Komentar