Blogger Perempuan
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter

Mudah! Beginilah Meminta Dosen Ubah Nilai

Kewajiban mahasiswa kuliah. Hak mahasiswa adalah nilai yang layak. Bagaimana kalau sudah capek kuliah ternyata nilainya buruk? Bisa ubah nggak, ya?

Malam paling membahagiakan bagi saya adalah malam pengisian nilai. Ya, meskipun pengisian nilai tidak mutlak dilakukan pada malam hari. Bagi saya lebih afdhal dilakukan pada saat semua orang sibuk dengan mimpunya. Tepatnya sebelum tidur dan menjelang portal pengisian nilai dikunci. Memang agak terkesan jahat, tapi saya punya alasan sendiri.

Jika mengisinya jauh-jauh hari sebelum portal ditutup, saya akan jadi artis dan seperti pejabat. Ada yang ngajak makan, ada yang mengirim kata-kata manis, dan berbagai cara mahasiswa untuk merubah nilainya pasti sangat melelahkan. Beban saya sebagai seorang dosen semakin  berat. Makanya, saat mengisinya menjelang portal ditutup, saya merasa bertindak adil untuk seluruh mahasiswa.

Ada sensasi khusus yang saya rasakan setelah mengisi nilai. Plong! Bebas! Lebih plong dari iklan Sprite. Apalagi jika nilai para mahasiswa sangat indah. Hanya bertengger A dan B. Sampai selesai pengisian nilai saya terus senyum-senyum sendiri. Rasanya bahagia sekali jika mahasiswa kita berhasil.

Teror Tengah Malam

Selesai? Tidak, Teman Belajar! Terkadang kebahagiaan itu pun datang hanya sesaat. Hari selanjutnya akan berlanjut dengan teror WA, teror SMS, bahkan telepon. Siapa lagi kalau bukan mereka yang nilainya mati-matian saya dongkrak agar terasa adil untuk semua pihak. Namun namanya manusia selalu tidak puas dengan apa yang sudah didapat.

Ketidakpuasan mereka terkadang menjadi  mimpi buruk bagi saya. Tentu saja, saya sebagai manusia biasa juga sudah mengondisikan nilai mereka seikhlas yang saya mampu. Bahkan kalau mau dirunut lagi, seluruh nilai A+ itu bukan nilai murni mereka. Sudah ditambah, sudah didongkrak nggak tanggung-tanggung. Masih saja, saya mendapat teror tengah malam.


Pengisian nilai
Nilai A+ impian banyak mahasiswa
[Photo: Search by Google]


Umumnya isi pesan sama, "Bu, kenapa nilai saya hanya B."

What?

Hanya B. Ya, B!

Mereka yang tidak puas mempertanyakan B. Jika situasi hati saya sedang pas, jawaban saya sederhana sekali, "Saya tidak tega memberi kamu C. Makanya nilainya saya tambah sedikit. Berhubung kamu juga rajin datang dan rajin buat tugas."

Manusiawi nggak, sih?

Teror Unik Mahasiswa

Terkadang ada mahasiswa yang cepat sadar diri dan mengakhiri perbincangan dengan ucapan terima kasih. Ada pula yang tidak mengucapkan terima kasih sama sekali. Mereka malah meminta remedial. 

Ada pula yang berani melobi dengan cara ala politikus, "Bu, tolonglah saya. Kali ini saja saya meminta pada ibu. Saya akan lakukan apapun asal ibu memberi nilai tambahan untuk saya, bu. Ibu boleh suruh saya membuat makalah atau apa saja, Bu. Asal nilai saya tidak C. Daripada ibu berikan C lebih baik D atau E sekalian."

Mahasiswa jenis ini sangat unik. Mereka sudah berani memohon dan melatih diri menjadi penjilat di usia muda. Mereka juga mendikte. Terkadang saya miris melihat mahasiswa yang seperti ini. Uniknya, setiap tahun selalu ada mahasiswa yang seperti ini.

Untuk mengubah nilai dari C ke B dia hanya meminta tugas makalah. Sementara teman-temannya jungkir balik semalaman belajar, buat tugas, berusaha datang pagi, tampil maksimal saat presentasi. Ck! Entah mengapa, saya paling anti dengan mahasiswa jenis ini.

Umumnya mereka datang setelah nilai terpampang di portal. Bukan sebelum Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan. 

Biasanya dengan gampang pula saya akan menjawab, "portal sudah ditutup, nilai tidak bisa diotak atik lagi."

Saya pun sudah kebal. Telinga sudah tak berasa lagi untuk mendengar sumpah serapah dari mereka yang tidak puas dengan penilaian objektif. Sekarang berbicara keadilan, bukan tolong menolong dalam loncat nilai. Keadilan harus tetap ditegakkan, meski harus menerima sumpah serapah para mahasiswa.

Biasanya, setelah rentetan SMS meminta nilai ini, sekitar beberapa malam lagi saya menderita insomnia akut. Bukan kepikiran karena diserang oleh permintaan nilai lebih tinggi. Insomnia menyerang karena setiap semesternya pasti ada saja yang pantang menyerah untuk menelepon berulang kali, mengirim sms tiap menit, bahkan ada yang nekad melakukan video call via WA. Mahasiswa  zaman now memang unik.

Belajar untuk nilai bagus
Belajar adalah solusi untuk mendapatkan nilai bagus
[Photo: Pexels]

Trak Trik Agar Dosen Tidak Merasa Diteror

Sebagai seorang mahasiswa, kita tentu merasa punya hak atas nilai kita. Mahasiswa nggak selalu salah, dosen juga nggak benar melulu, kan? Lantas, bagaimana cara meminta perbaikan nilai kepada dosen tanpa terasa diteror? Bisa, kok. Gampang!

Perlu diingat bahwa Indonesia masih menganut sistem komunikasi budaya konteks tinggi, yaitu budaya yang menyampaikan pesan secara implisit. Kita juga harus mempertimbangkan perasaan lawan bicara saat berkomunikasi. Kalau bertemu langsung, kita perlu melibatkan komunikasi nonverbal juga. Memang agak ribet, sih. Kemungkinan gen z sudah mulai meninggalkannya.

Akan tetapi, budaya konteks tinggi ini memang teruji ampuh untuk meluluhkan hati dosen terkait nilai tanpa perlu diteror. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar dosen tidak merasa diteror saat klarifikasi nilai diantaranya:

Kumpulkan Bukti

Kalau Teman Belajar merasa layak mendapatkan nilai yang diinginkan, maka buktikan ke dosennya. Kumpulkan semua bukti terkait dengan tugas yang diberikan dosen. Lakukan pengarsipan tugas yang rapi. Jika ada kesilapan dosen dalam memberi nilai, Teman Belajar bisa menunjukkan bukti-bukti kalau bahwa ada khilaf dosen tanpa harus mengatakan dosennya salah.

Kalimat yang bisa digunakan bisa berupa, "Maaf, Pak, Bu. Saya kurang dimana, ya? Seingat Saya, semua tugas lengkap. Tugas pertama tentang menulis berita mendapat nilai 90. Tugas kedua tentang membedakan reporting, writing, editing juga ada. Misi menulis 15 hari juga ada, Bu. Nilai saya jatuh di bidang apa ya, Bu?"

Basa basi banget, sih. Perlu diingat bahwa budaya konteks tinggi yang digunakan di Asia memang banyak basa basi. Percaya, deh. Cara ini nggak menyalakan api amarah dosen saat mulai chatting.

Perhatikan Waktu

Paling penting diperhatikan. Setelah punya bukti untuk mengajukan banding, jangan lupa perhatikan waktu untuk menghubungi dosen. Hubungi dosen pada jam kerja. Jangan hubungi dosen pada jam istirahat, bangun tidur, apalagi tengah malam. Selengkap apapun bukti auto ngamuk dosennya.

Pastikan Tidak Punya Rekam Jejak yang Buruk

Mau banding nilai harus punya rekam jejak yang baik? Memangnya penting? Nah, ini penting banget, lho. Rekam jejak yang baik itu bagian dari etika. Catat, Teman Belajar. ETIKA. Jadi, kalau sebelumnya semua bukti lengkap, tapi etika minus sudah tentu nilai Teman Belajar terjun bebas di poin etika.

Kenapa begitu? Di luar berbicara kalau Teman Belajar sangat cerdas dan berbakat, mulianya etika adalah nilai utama dalam pembentukan karakter mahasiswa yang berakhlak mulia dan bernilai pancasila. Jadi, jafa etika jika tetap ingin nilai bagus sejalan dengan keberkahan.

Ucapkan Terima Kasih

Banyak dosen yang mengeluh kalau anak zaman now tidak tahu cara mengucapkan terima kasih. Seburuk apapun hasil yang Teman Belajar peroleh, tetap ucapkan terima kasih. Sepele, tapi tidak bertele-tele. Terima kasih merupakan power words dalam komunikasi efektif.

Nah, tidak sulit kan menaklukkan dosen untuk perbaikan nilai. Teman Belajar cuma perlu usaha sedikit saja, kok. Ingat!  hard work will pay off.

Posting Komentar