Malam paling membahagiakan bagi saya adalah malam pengisian nilai. Ya, meskipun pengisian nilai tidak mutlak dilakukan pada malam hari. Bagi saya lebih afdhal dilakukan pada saat semua orang sibuk dengan mimpunya. Tepatnya sebelum tidur dan menjelang portal pengisian nilai dikunci. Memang agak terkesan jahat, tapi saya punya alasan sendiri.
Jika mengisinya jauh-jauh hari sebelum portal ditutup, saya akan jadi artis dan seperti pejabat. Ada yang ngajak makan, ada yang mengirim kata-kata manis, dan berbagai cara mahasiswa untuk merubah nilainya pasti sangat melelahkan. Beban saya sebagai seorang dosen semakin berat. Makanya, saat mengisinya menjelang portal ditutup, saya merasa bertindak adil untuk seluruh mahasiswa.
Ada sensasi khusus yang saya rasakan setelah mengisi nilai. Plong! Bebas! Lebih plong dari iklan Sprite. Apalagi jika nilai para mahasiswa sangat indah. Hanya bertengger A dan B. Sampai selesai pengisian nilai saya terus senyum-senyum sendiri. Rasanya bahagia sekali jika mahasiswa kita berhasil.
Teror Tengah Malam
Selesai? Tidak, Teman Belajar! Terkadang kebahagiaan itu pun datang hanya sesaat. Hari selanjutnya akan berlanjut dengan teror WA, teror SMS, bahkan telepon. Siapa lagi kalau bukan mereka yang nilainya mati-matian saya dongkrak agar terasa adil untuk semua pihak. Namun namanya manusia selalu tidak puas dengan apa yang sudah didapat.
Ketidakpuasan mereka terkadang menjadi mimpi buruk bagi saya. Tentu saja, saya sebagai manusia biasa juga sudah mengondisikan nilai mereka seikhlas yang saya mampu. Bahkan kalau mau dirunut lagi, seluruh nilai A+ itu bukan nilai murni mereka. Sudah ditambah, sudah didongkrak nggak tanggung-tanggung. Masih saja, saya mendapat teror tengah malam.
Nilai A+ impian banyak mahasiswa [Photo: Search by Google] |
Umumnya isi pesan sama, "Bu, kenapa nilai saya hanya B."
What?
Hanya B. Ya, B!
Teror Unik Mahasiswa
Belajar adalah solusi untuk mendapatkan nilai bagus [Photo: Pexels] |
Trak Trik Agar Dosen Tidak Merasa Diteror
Sebagai seorang mahasiswa, kita tentu merasa punya hak atas nilai kita. Mahasiswa nggak selalu salah, dosen juga nggak benar melulu, kan? Lantas, bagaimana cara meminta perbaikan nilai kepada dosen tanpa terasa diteror? Bisa, kok. Gampang!
Perlu diingat bahwa Indonesia masih menganut sistem komunikasi budaya konteks tinggi, yaitu budaya yang menyampaikan pesan secara implisit. Kita juga harus mempertimbangkan perasaan lawan bicara saat berkomunikasi. Kalau bertemu langsung, kita perlu melibatkan komunikasi nonverbal juga. Memang agak ribet, sih. Kemungkinan gen z sudah mulai meninggalkannya.
Akan tetapi, budaya konteks tinggi ini memang teruji ampuh untuk meluluhkan hati dosen terkait nilai tanpa perlu diteror. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar dosen tidak merasa diteror saat klarifikasi nilai diantaranya:
Kumpulkan Bukti
Kalau Teman Belajar merasa layak mendapatkan nilai yang diinginkan, maka buktikan ke dosennya. Kumpulkan semua bukti terkait dengan tugas yang diberikan dosen. Lakukan pengarsipan tugas yang rapi. Jika ada kesilapan dosen dalam memberi nilai, Teman Belajar bisa menunjukkan bukti-bukti kalau bahwa ada khilaf dosen tanpa harus mengatakan dosennya salah.
Kalimat yang bisa digunakan bisa berupa, "Maaf, Pak, Bu. Saya kurang dimana, ya? Seingat Saya, semua tugas lengkap. Tugas pertama tentang menulis berita mendapat nilai 90. Tugas kedua tentang membedakan reporting, writing, editing juga ada. Misi menulis 15 hari juga ada, Bu. Nilai saya jatuh di bidang apa ya, Bu?"
Basa basi banget, sih. Perlu diingat bahwa budaya konteks tinggi yang digunakan di Asia memang banyak basa basi. Percaya, deh. Cara ini nggak menyalakan api amarah dosen saat mulai chatting.
Perhatikan Waktu
Paling penting diperhatikan. Setelah punya bukti untuk mengajukan banding, jangan lupa perhatikan waktu untuk menghubungi dosen. Hubungi dosen pada jam kerja. Jangan hubungi dosen pada jam istirahat, bangun tidur, apalagi tengah malam. Selengkap apapun bukti auto ngamuk dosennya.
Pastikan Tidak Punya Rekam Jejak yang Buruk
Mau banding nilai harus punya rekam jejak yang baik? Memangnya penting? Nah, ini penting banget, lho. Rekam jejak yang baik itu bagian dari etika. Catat, Teman Belajar. ETIKA. Jadi, kalau sebelumnya semua bukti lengkap, tapi etika minus sudah tentu nilai Teman Belajar terjun bebas di poin etika.
Kenapa begitu? Di luar berbicara kalau Teman Belajar sangat cerdas dan berbakat, mulianya etika adalah nilai utama dalam pembentukan karakter mahasiswa yang berakhlak mulia dan bernilai pancasila. Jadi, jafa etika jika tetap ingin nilai bagus sejalan dengan keberkahan.
Ucapkan Terima Kasih
Banyak dosen yang mengeluh kalau anak zaman now tidak tahu cara mengucapkan terima kasih. Seburuk apapun hasil yang Teman Belajar peroleh, tetap ucapkan terima kasih. Sepele, tapi tidak bertele-tele. Terima kasih merupakan power words dalam komunikasi efektif.
Nah, tidak sulit kan menaklukkan dosen untuk perbaikan nilai. Teman Belajar cuma perlu usaha sedikit saja, kok. Ingat! hard work will pay off.
Posting Komentar