Blogger Perempuan
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter
Ulfa Khairina | Find The Oliversity Through Your Chapter

Resolusi MABA, Ini 12 Hal yang Harus Berubah!

Selain awal tahun baru, kapan waktu yang tepat untuk membuat resolusi untuk mahasiswa? Pertimbangkan awal tahun ajaran baru untuk membuat resolusi!

 Halo, Teman Belajar! Selamat menjadi Mahasiswa Baru (MABA)! Dimanapun kamu diterima sebagai MABA, yakinkan kalau kelulusanmu adalah pilihan yang terbaik pemberian Allah. Yes, terbaik bagi kita (manusia) belum tentu terbaik bagi Allah. So, jangan semangat dengan membuat resolusi sebagai MABA. Siap? Yuk, ini dia 12 hal yang harus berubah dari diri kita, Teman Belajar.

Catat 12 Hal yang Harus Berubah

Memangnya berubah itu penting, ya? Kok kayak power rangers aja? Penting, dong. Inilah yang membedakan Teman Belajar sebagai MABA dan Teman Belajar sebagai abege berseragam putih abu-abu. Kita nggak disebut bocah lagi, kita sudah disapa kakak, lho. Jadi, catat 12 hal yang harus berubah.


resolusi maba
Menjadi MABA setingkat lebih tinggi dari anak sekolahan.
[Photo: Pexels]


(1). Cara Belajar

Hal pertama yang perlu Teman Belajar benahi setelah menjadi MABA adalah cara belajar. Kalau dulu belajar fokus cuma mencari nilai dan mempertahankan ranking, setelah menjadi MABA tidak ada lagi yang namanya ranking. IPK tinggi bisa dimiliki oleh siapa saja yang berusaha untuk menjadi yang tertinggi dan terdepan. By the way, justru itu nggak ada untungnya setelah menjadi mahasiswa.

Setelah menjadi MABA, kamu nggak akan lagi merasa kalau nilai adalah segalanya. Menjadi MABA kita akan belajar untuk pemahaman konsep, berpikir kritis, dan melewati cara belajar dengan berdiskusi. Teori yang didapat di kelas rasanya kurang jleb kalau nggak didiskusikan dengan teman. Akan semakin baik kalau Teman Belajar menemukan teman diskusi yang satu frekwensi minatnya.

(2). Manajemen Waktu

Setelah masuk ke fase mahasiswa, Teman Belajar sudah harus lebih mandiri dalam manajemen waktu. Kalau dulu guru berperan dalam mengatur jadwal sekolah, setelah kuliah ini nggak akan terjadi lagi. Teman Belajar yang harus ambil peran manajemen waktu untuk diri sendiri. Jangan baperan kalau teman mahasiswa lain yang jago manajemen waktu. Prinsipnya siapa yang manajemen waktunya paling bagus, dialah yang akan berhasil.

Teman Belajar harus lebih rapi dalam manajemen waktu untuk kuliah, buat tugas, dan organisasi. Oleng dikit aja bisa gagal, lho. So, harus lebih pintar setelah masuk ke dunia MABA, ya. Eh, ntar di kampus Teman Belajar akan mendapatkan dosen wali atau pembimbing akademik, Teman Belajar bisa berdiskusi dengan dosen wali untuk bantu manajemen waktu.

(3). Cara Berkomunikasi

Teman Belajar suka diam dan mengaku super introvert di kelas? Nggak akan jawab kalau guru nggak memanggil nama? Eh, di dunia kuliah nggak boleh begitu, ya. Ingat! Semakin kamu aktif dalam berkomunikasi, semakin cepat dosen mengenal kamu. Ini bukan cari perhatian, lho, ya. Teman Belajar hanya mengubah cara berkomunikasi dari pasif menjadi lebih aktif saja.

Kalau Teman Belajar nggak mengubah cara berkomunikasi, nantinya akan sulit beradaptasi dengan lingkungan akademik yang menuntut lebih. Di setiap perkualiahan pasti akan ada tuntutan untuk presentasi, aktif berdiskusi, dan bahkan debat akademik. Nah, kalau Teman Belajar tidak mengubah cara berkomunikasi pastinya akan ketinggalan, dong.

(4). Berpikir Mandiri

Hidup pasti akan berubah pada tiap fasenya. Mau nggak mau Teman Belajar juga harus mengikuti perubahan pada tiap fase. Di fase mahasiswa, Teman Belajar sudah harus berpikir mandiri. Kalau dulu ikut arahan terus menerus, sekarang saatnya harus bisa mengambil keputusan sendiri.


berpikir mandiri
Berpikir mandiri salah satu bagian dari belajar.
[Photo: Pexels]

Mengambil keputusan bagian dari berpikir mandiri. Baik itu di bidang akademik ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau Teman Belajar berubah status dari anak rumahan menjadi anak indekos. Wah, pastinya berpikir mandiri bagian terdepan yang harus ditingkatkan.

(5). Pertemanan

Kalau dulu sirkel pertemanan Teman Belajar bersifat homogen, saat menjadi mahasiswa semuanya sudah berubah menjadi heterogen. Homogen itu berasal dari kelompok atau sirkel yang sama. Heterogen itu berasal dari sirkel yang berbeda. Dulunya pertemanan Teman Belajar hanya di sirkel kecil seperti berasal dari satu daerah atau satu kecamatan. Tidak demikian setelah Teman Belajar masuk ke dunia kampus, pertemanan sudah bercampur dan berada di sirkel yang lebih besar.

Bisa jadi Teman Belajar mendapatkan teman dari berbagai daerah, latar belakang yang berbeda, bahkan beda negara. Dalam pertemanan yang heterogen ini, Teman Belajar akan menambah pengalaman dalam bersosialisasi dan meningkatkan keahlian dalam berkomunikasi.

(6). Gaya Hidup dan Kebiasaan

Saat tinggal bersama orang tua di rumah, gaya hidup dan kebiasaan tentu sudah diatur dari rumah. Apapun yang Teman Belajar lakukan sudah teratur di rumah. Berbeda ceritanya saat Teman Belajar sudah keluar dari rumah dan tinggal di kos atau di asrama, semua kebiasaan berubah. Gaya hidup lebih mandiri, Teman Belajar harus mengatur segala hal sendiri, mulai dari makan sampai manajemen keuangan.

Kalaupun Teman Belajar masih tinggal di rumah bersama keluarga saat kuliah, bukan berarti masih bisa bermanja dengan apa yang sudah teratur di rumah. Teman Belajar sudah harus mengubah gaya hidup dan kebiasaan layaknya orang dewasa, ya.

(7). Tanggung Jawab Akademik

Ada perbedaan saat menjadi siswa dan mahasiswa. Kalau dulu lupa bikin tugas akan dimarahi guru, sekarang tidak lagi. Dosen nggak akan peduli kalau Teman Belajar lupa mengerjakan tugas. Endingnya Teman Belajar akan rugi sendiri, lho.

Bisa jadi ada satu dua dosen yang akan mengingatkan, tapi jangan terlena dengan soft spoken dosen saat mengingatkan. Kalau Teman Belajar tetap nggak peduli, dampaknya di akhir semester. Teman Belajar bisa saja menangis penuh penyesalan. Ingat! Tanggung jawab akademik itu sifatnya pribadi, bukan angkatan.

(8). Cara Pandang Terhadap Dunia

Sebelum masuk ke dunia kampus, cara pandang Teman Belajar terhadap dunia masih bersifat lokal. Setelah menjadi mahasiswa, cara pandang Teman Belajar sifatnya lebih global. Apalagi di bangku kuliah Teman Belajar akan belajar isu global, teori, dan perspektif baru dari berbagai disiplin ilmu.

Latar belakang daerah dan pendidikan dosen yang masuk ke kelas juga akan membuka cara pandang Teman Belajar terhadap dunia, lho. Bahkan banyak sekali dosen yang akan menginspirasi Teman Belajar selama di bangku kuliah. Seru, kan?

(9). Prioritas Hidup

Teman Belajar pasti setuju jika masuk kuliah itu mengubah prioritas hidup. Apalagi kalau jurusan yang Teman Belajar pilih itu bukan berdasarkan paksaan orang lain, tapi pilihan sendiri. Tentu saja pilihan itu bukan tanpa alasan, kan?

Kalau dulunya Teman Belajar menempatkan sekolah sebagai kewajiban, tapi berbeda ketika sudah masuk kuliah. Kuliah adalah investasi masa depan, bukan sekedar rutinitas yang harus dilakukan setiap hari. Prioritaskan kuliah sebagai kebutuhan hidup untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Bukan untuk nama yang lebih panjang dengan gelar di kartu undangan pernikahan, ya. Hehehe!

(10). Skill Non-Akademik

Waktu sekolah kita belajar untuk apa, sih? Ya, karena jadwalnya sudah ada maka Teman Belajar cuma fokus pada pelajaran yang sudah dibagikan, kan? Suka nggak suka tetap masuk, belajar agar dapat nilai tertinggi. Nah, ini beda banget vibe-nya ketika sudah masuk dunia kampus. Teman Belajar tidak lagi fokus dengan jadwal atau mata kuliah yang diberikan.

Pada fase menjadi mahasiswa Teman Belajar harus memperdalam skill non-akademik. Teman Belajar sudah mulai memikirkan minat untuk meningkatkan pengembangan dan kualitas diri. Bisa jadi public speaking, desain, leadership, dan skill non-akademik lainnya. Teman Belajar bebas mengembangkan hard skill apa saja. Jangan lupa pengembangan soft skill juga, ya.

(11). Pemanfaatan Teknologi

Di era digital ini, pemanfaatan teknologi tentu harus lebih maksimal. Kalau dulunya punya ponsel pintar cuma sekedar TikTok-an dengan template yang sudah ada, nggak ada salahnya kalau sekarang Teman Belajar lebih memaksimalkan lagi pemanfaatan teknologi untuk yang lebih baik.


Meningkatkan penggunaan teknologi bagian dari resolusi MABA.
[Photo: Pexels]

Teman Belajar bisa memanfaatkan teknologi untuk melakukan riset online, pakai jurnal, tool digital, e-learning, bahkan belajar keahlian fotografi dan editing juga. Jangan ngasih ‘makan’ teknologi dalam genggamanmu tanpa dia bisa ngasih balik dengan yang lebih baik.

(12). Sikap terhadap Kegagalan

Pernah nggak, sih, Teman Belajar takut gagal? Rasanya kalau udah gagal tuh dunia juga berakhir. No, no, no! Jangan lagi berpikiran begitu setelah menjadi MABA, ya. Karena kegagalan bukan akhir dari segalanya. Sikap terhadap kegagalan harus dihadapi dengan cara yang lebih bijak.

Ingat! Kegagalan adalah proses dari belajar dan pendewasaan. Tidak ada kegagalan yang mematikan kalau Teman Belajar bijak menghadapi hidup. Justru kegagalan itu menempa Teman Belajar lebih kuat. Kegagalan adalah guru yang terbaik dan pondasi terkuat untuk mendirikan menara kesuksesan.

Resolusi MABA

Kata siapa membuat resolusi cuma di awal tahun baru? Di tahun ajaran baru pun resolusi tetap harus dibuat, kok. Tujuan resolusi bukan untuk mahasiswa ambis saja, kok. Sebagai MABA pun resolusi MABA tetap harus ada. Tujuan resolusi untuk menetapkan target atau membuat jalan agar segala hal berjalan sesuai dengan target.

Resolusi MABA bergerak seputar kegiatan akademik dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Membuat resolusi MABA bisa dimulai dari hal yang sederhana seperti 12 hal yang harus berubah setelah menjadi MABA. So, apa lagi yang kamu tunggu Teman Belajar? Now or never!

Posting Komentar